Muhasabah di Tahun Baru Hijriah

Perpindahan tahun berjalan berdasar pada revolusi bulan terhadap bumi atau sering disebut tahun hijriah. Perpindahan tersebut ditandai dengan pergantian bulan Dzulhijjah (bulan haji) yang dalam bahasa Jawa disebut sebagai bulan Besar ke bulan Muharram yang biasa disebut dengan bulan Syuro. Pergantian ini menandakan saatnya kita untuk melakukan muhasabah (evaluasi) terhadap perjalanan selama ini dan berubah dalam menghadapi perjalanan di waktu yang akan datang.

Momentum pergantian tahun sesungguhnya memberi pelajaran kepada kita untuk selalu meng-intropeksi diri, dan tidak melupakan untuk bersukur. Bersyukur atas semua karunia yang telah dianugerahkan Allah SWT kepada hamba-Nya selama melewati tahun lalu. Sebab, dengan bersyukur, maka akan menambah ketakwaan kepada Allah SWT.

Dalam Alqur`an Surat Ibrahim ayat 7: “Sesungguhnya jika kamu bersyukur, pasti Kami akan menambah (nikmat) kepadamu, dan jika kamu mengingkari (ni`mat-Ku), maka sesungguhnya azab-Ku sangat pedih”.

Karena sampai dengan detik ini, kita masih mampu untuk beraktivitas, bekerja dalam keadaan sehat walafiat. Oleh sebab itu, atas segala nikmat yang telah kita dapatkan, harus dimanfaatkan sebaik mungkin.


Dalam keterangannya Mauidloh hasanah pada acara Peringatan 1 Muharran dan Santunan Anak Yatim K.H. Ahmad Muthohar menyampaika
"Monggo kita tingkatakan, kita perbaiki amal sae dateng tahun menika. Kados dawuh kanjeng nabi:
مَنۡ كَانَ يَوۡمُهُ خَيۡرًا مِنۡ اَمۡسِهِ فَهُوَ رَابِحُ. وَمَنۡ كَانَ يَوۡمُهُ مثل اَمۡسه فهو مَغۡبُون. ومَن كان يومه شَرًّا مِنۡ امسه فهو مَلۡعُون
"Sapa wonge dina iki luwih apik tinimbang dina wingi mongko termasuk wong kang bejo..." Tahun baru menika damel muhasabah supaya langkung aktif ibadah. Alhamdulillah kegiatan keagamaan di landean semakin aktif, dan berharap Semoga selalu istiqomah.

Selain melakukan muhasabah terhadap segala sesuatu yang telah dilakukan pada masa lalu, kita juga harus melakukan persiapan untuk menghadapi dan menyambut masa depan. Hal ini penting karena sebuah perjalanan pasti membutuhkan bekal yang memadai supaya kita bisa sampai ke tujuan dengan baik.  Dalam mengarungi kehidupan melalui ikhtiar ini, kita juga harus menyadari bahwa kita tidak tahu apa yang akan terjadi besuk. Kita diperintahkan untuk melakukan ikhtiar dan setelah itu kita diingatkan untuk bertawakal, berserah diri kepada Allah.

Karena Allahlah yang tahu nasib kita di masa yang akan datang. Kita hanya berusaha dengan cara yang terbaik, namun Allah lah yang akan menentukan hasilnya.

Penulis: Karyono
Editor : Muhajir